Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dampak Penerapan dan Pengembangan Bioteknologi

Dampak Penerapan dan Pengembangan Bioteknologi - Berdasarkan pembahasan sebelumnya tentang Bioteknologi dan Manfaatnya dalam Produksi Pangan kamu tentu telah mengetahui berbagai manfaat bioteknologi dalam kehidupan manusia, khususnya untuk menghasilkan bahan makanan. Selain untuk menghasilkan bahan makanan, sebenarnya masih banyak manfaat dari bioteknologi, baik dalam bidang farmasi, kedokteran, dan industri. Sampai saat ini ilmuwan terus melakukan penelitian dalam bidang bioteknologi yang dapat menghasilkan suatu produk baru sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan manusia. Namun, disamping memberikan berbagai keuntungan penerapan bioteknologi juga menimbulkan kerugian. 

Dampak Penerapan dan Pengembangan Bioteknologi

Dampak Penerapan dan Pengembangan Bioteknologi


Adapun kerugian yang dapat ditimbulkan oleh penerapan dan pengembangan bioteknologi adalah sebagai berikut.

Bidang Lingkungan

Masih ingatkah kamu dengan tanaman transgenik atau hewan transgenik? Tanaman atau hewan transgenik memiliki susunan gen yang telah dimodifikasi, baik ditambahkan suatu gen atau dilakukan pengurangan suatu gen organisme tersebut. Organisme transgenik ini jika tidak dikelola dengan baik maka akan dapat mencemari keanekaragaman gen yang ada di lingkungan alami atau merusak plasma nutfah atau yang dikenal dengan “polusi gen”. Misalnya tanaman jagung yang tahan terhadap herbisida, maka ketika jagung transgenik ini ditanam di lahan alami maka serbuk sari dapat membawa gen jagung transgenik dan menyerbuki jagung alami. Hal ini membuat gen-gen pada jagung alami sudah terkontaminasi dengan gen-gen dari tanaman jagung transgenik. Tanaman transgenik biasanya merupakan tanaman unggul, hal ini membuat petani lebih cenderung menanam tanaman transgenik (monokultur) dan tidak lagi menanam tanaman lokal. Akibatnya tanaman lokal (bukan tanaman transgenik) akan menjadi langka yang berakibat pula pada penurunan jumlah plasma nutfah. Penggunaan tanaman transgenik juga dapat menimbulkan hama baru yang lebih kuat daripada hama sebelumnya dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Bidang Kesehatan 

Banyak masyarakat yang khawatir bahwa pengembangan tanaman dan hewan transgenik berbahaya bagi kesehatan manusia. Hal ini disebabkan di dalam organisme transgenik terdapat gen asing yang seharusnya tidak ada bahkan tidak untuk dikonsumsi oleh manusia. Gen ini dikhawatirkan memicu munculnya penyakit baru atau bahkan kanker. Berdasarkan hasil peneitian terhadap tanaman kedelai transgenik yang mengandung gen dari kacang Brazil bisa memicu reaksi alergi pada orang tertentu yang sensitif terhadap kacang Brazil. Gen-gen asing tersebut juga dikhawatirkan dapat memicu bakteri untuk resisten sehingga muncul bakteri yang lebih ganas. Beberaa produk bioteknologi misalnya alkohol dapat disalahgunakan untuk dibuat menjadi minuman beralkohol yang apabila dikonsumsi terus menerus dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Pewarisan Sifat Manusia, Kelainan serta Penerapannya ]

Bidang Sosial dan Ekonomi 

Berbagai produk dari bioteknologi juga berpengaruh terhadap bidang ekonomi dan sosial. Seseorang yang memiliki modal dapat mengembangkan pertanian transgenik yang dapat meningkatkan hasil panen menjadi sangat berlimpah dengan kualitas sangat baik. Hal ini tentunya dapat membuat petani tradisional kalah bersaing dalam pemasaran sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi petani tradisional. Jika masalah ini terus berlanjut maka akan menimbulkan kesenjangan perekonomian yang semakin besar. Begitu juga suatu negara yang sudah maju yang telah mengembangkan organisme transgenik yang memasarkan produknya diperdagangan internasional, tentunya produk negera berkembang akan kalah sehingga penghasilan negara pun dapat berkurang. Hal ini juga dapat membuat negara berkembang menjadi tergantung pada produk negara maju.

Perkembangan Bioteknologi di Indonesia

Bioteknologi di Indonesia telah berkembang sejak lama, misalnya pembuatan keju, tempe, oncom dan lain sebagainya. Namun bioteknologi modern baru berkembang pada tahun 1985 ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengizinkan munculnya program Bioteknologi seperti Bioteknologi pertanian IPB, Bioteknologi kesehatan di UGM dan Bioteknologi Industri di ITB Bandung. Tujuan pemerintah dalam program ini adalah untuk meningkatkan penelitian di bidang bio - teknologi dan memperluas jaringan bioteknologi di tingkat nasional maupun internasional. Tahun 1994, Indonesian Biotechnology Consortium (IBC) terbentuk dengan tujuan aktif terlibat dalam pengembangan dan pemanfaatan bioteknologi secara bijak untuk kesejahteraan manusia dan konservasi lingkungan.  

Pada tahun 1988, perhatian terhadap bioteknologi semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan peran pemerintah dalam memberikan bimbingan untuk perkembangan bioindustri dan adanya dukungan dari Research and Development (R & D). Jaringan bioteknologi semakin berkembang hingga pada tahun 1999, Lembaga Eijkman bekerja sama dengan PT. Biofarma mengembangkan vaksin hepatitis B. Pada tahun 2013, Indonesia (Kementerian Riset dan Teknologi) bekerja sama dengan Jerman dalam rangka mengembangkan bioteknologi pembuatan obat. Kemudian pada tahun 2018, Indonesia menjadi Centre of Excellence pengembangan vaksin dan produk bioteknologi negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerjasama Islam) yang merupakan produsen vaksin di Negara Islam. 

Bioteknlogi di bidang pertanian

Penelitian bioteknologi pertanian mulai digalak kan dengan pembentukan Panitia Nasional Bio teknologi di bawah Menteri Negara Riset dan Teknologi pada tahun 1985. Kegiatan penelitian bioteknologi pertanian mulai terasa meningkat dengan dilaksanakannya program Riset Unggulan Terpadu (RUT) yang dikelola oleh Dewan Riset Nasional dan Hibah Bersaing yang dilaksanakan perguruan tinggi, yang memungkinkan kegiatan penelitian lebih dari satu tahun dengan dana yang berkesinambungan. Lembaga-lembaga swasta dan pemerintah turut ber peran dalam melakukan penelitian di bidang bioteknologi pertanian. Hukum Pewarisan Sifat ]

Penelitian pengembangan bioteknologi dalam bidang pertanian dilakukan untuk merakit varietas unggul seperti tanaman padi dan tanaman semusim yang sangat membantu dalam menyediakan kebutuhan pangan di Indonesia. Meskipun bidang bioteknologi mulai berkembang, masih terdapat adanya penolakan terhadap produk-produk yang sudah dihasilkan. Masalah yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia adalah masalah sosial dan tantangan dalam pemasaran produk rekayasa genetika yang mana produsen harus melakukan pengujian lapang yang membutuhkan waktu lama dan biaya yang besar sehingga proses penerapan produk rekayasa genetika menjadi lama.

Penolakan terhadap produk rekayasa genetika juga diakibatkan oleh kekhawatiran masyarakat terhadap lingkungan, kesehatan, agama dan etika. Pada dasarnya produk rekayasa genetika merupakan hasil dari pemindahan gen yang diinginkan melalui teknik DNA rekombinan. Materi genetik yang baru belum tentu berhasil dipindahkan ke sel target sehingga memungkinkan dapat mengaktifkan, merubah atau menonaktifkan gen-gen yang ada didekat dari sel target. Hal ini dapat menyebabkan mutasi yang mengakibatkan beracun atau tidak layak konsumsi. Di samping itu, munculnya virus baru pada tanaman transgenik sangat dimungkinkan terjadi sebagai proses pertahanan tanaman. Adanya produk rekayasa genetika dapat mengancam keanekaragaman hayati dan timbulnya alergi dari produk rekayasa genetika.

Namun demikian, perkembangan bioteknologi dalam bidang pertanian memiliki potensi yang menguntungkan. Rekayasa genetika membuka peluang yang luas bagi pemulia untuk mengakses gen dan trait baru dari sumber yang eksotik dan beragam untuk dimasukkan ke dalam varietas/hibrida unggul. Tujuan utama dari perakitan produk rekayasa genetika adalah untuk mengatasi berbagai permasalahan pangan yang dihadapi di berbagai bela han dunia karena pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, termasuk Indonesia. Produk rekayasa genetika bermanfaat untuk mengura ngi penggunaan pestisida kimia, menghasilkan makanan yang lebih bergizi serta obat-obatan.

Bioteknologi dalam bidang kesehatan

Bioteknologi dalam bidang kesehatan memberikan kesem patan dalam pemecahan masalah yaitu mendiagnosa, mencegah, serta mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit genetis. Penerapan antibodi monoklonal dapat membantu mendiagnosa suatu penyakit. Widyastuti melaporkan bahwa perkembangan bioteknologi di bidang kesehatan yaitu terapi gen yang dapat digunakan untuk penanganan penyakit baik bersifat genetis ataupun bukan. Terapi gen merupakan tek nologi yang memungkinkan gengen yang rusak dapat diganti dengan gen-gen normal menggunakan vektor untuk menyisipkan DNA ke dalam sel.

Salah satu aspek penting dalam pengembangan produk bioteknologi kesehatan adalah pembuatan hormon manusia. Sebelum era bioteknologi, insulin diperoleh dari hewan ternak seperti sapi dan babi. Namun, cara ini memiliki kelemahan yaitu memungkinkan timbulnya alergi dan hasil produksi insulin yang terbatas. Namun, dengan pendekatan bioteknologi, insulin dapat diperoleh dengan cara memproduksi di mikroorganisme.

Proses produksi insulin dapat melalui beberapa langkah, yaitu (1) masing-masing gen polipeptida alfa dan beta disintesis, (2) gen tersebut disisipkan pada submit E. coli yang mengandung promoter, operator dan gen structural yang mengkode β–galaktosidase, (3) gen alfa dan beta disisipkan ke dalam plasmid yang terpisah, (4) plasmid yang telah disisipi gen insulin dimasukan ke dalam sel, (5) insulin terbentuk dari proses ekspresi gen, (6) protein (insulin dimurnikan dan dipotong sehingga terpisah dengan protein β-galaktosidase), (7) diperoleh polipeptida alfa dan beta insulin kemudian polipeptida alfa diikatkan dengan polipeptida beta sehingga diperoleh insulin yang siap untuk digunakan.

Vaksin merupakan produk bioteknologi yang terus dikembangkan baik vaksin untuk manusia ataupun ternak. Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk kekebalan terhadap suatu penyakit yang biasanya mengandung virus atau mikroorganisme yang telah dimatikan atau dilemahkan. Pembe rian vaksin (imunisasi) di Indonesia telah diselenggarakan pada tahun 1956 dan mengalami perkembangan serta perluasan pada tahun 1977 dalam rangka pencegahan penularan beberapa penyakit.

Bioteknologi di bidang lingkungan

Bioteknologi lingkungan telah diterapkan di Indonesia sejak perkembangan industri dan urbanisasi yang telah mengganggu lingkungan yang awalnya bersih. Perkembangan bioteknologi dalam bidang lingkungan dapat merestorasi lingkungan yang tercemar serta meningkatkan kualitas lingkungan terutama bagi manusia. Untuk mengatasi permasalahan lingkungan, bioteknologi memanfaatkan mikroorganime dalam pengolahan limbah atau permasalahan lingkungan yang lain dikarenakan penggunaan mikroorganisme ini dinilai lebih alami dan tidak menimbulkan dampak yang berbahaya dibandingkan menggunakan bahan kimia atau sintetis. Molekul yang Mendasari Pewarisan Sifat ]

Bioteknologi memiliki banyak manfaat bagi lingkungan diantara sebagai bioremediasi, bioleaching yaitu pelepasan logam dari mineral atau sedimen, memproduksi pupuk hayati yang mudah didegradasi oleh lingkungan serta mengurangi limbah plastik dengan memproduksi bioplastik yang berasal dari gula, lemak, protein dan serat tanaman. Pendekatan bioteknologi dengan memanfaatkan penggunaan bakteri Desulfotomaculum orientis ICBB1204 dapat menurunkan kandungan Cr pada air limbah industri hingga 92,7% selama 30 hari. Penggunaan bioplastik akan mengurangi permasalahan lingkungan yang mana sampah plastik saat ini menjadi permasalahan di seluruh dunia. Bioplastik adalah plastik yang dapat digunakan seperti layaknya plastik pada umumnya namun ketika dibuang ke tanah akan mudah didekomposisi oleh mikroorganisme tanah dan akan menghasilkan senyawa asalnya yaitu air dan karbon dioksida. Bioleaching merupakan aplikasi dari bioteknologi lingkungan yang memanfaatkan mikroorganisme dalam prosesnya. Bioleaching di Indonesia diterapkan untuk mengekstraksi emas, pyrate, tembaga dan besi. Penicillium chrysogenum dapat dimanfaatkan untuk mengekstraksi logam nikel dan menghasilkan 12,87% sedangkan Aspergillus niger menghasilkan 11,83%. Penelitian lain melaporkan bahwa bakteri mixotrop dapat mengekstraksi nikel sebesar 34,3% menggunakan substrat organik air lindi dengan penambahan belerang 20% setelah proses berlangsung selama 28 hari.