Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Produksi Neutron dan Bom Neutron

Produksi Neutron dan Bom Neutron - Berbagai metode produksi neutron , namun hanya ada dua hal yang penting berdasarkan hasil penelitian hamburan neutron yaitu pembelahan ²³5U atau ²³9PU dan spallation.

Pada proses pembelahan yang terjadi  secara terus-menerus dengan reaktor yang tinggi  akan menghasilkan kira-kira dua neutron pada setip pembelahan dan kemudian salah satunya akan diserap untuk pembelahan berikutnya. Fisi neutron dengan energi sebesar 14 MeV dipantulkan dengan penghalang berupa H2o dan D2O kemudian dihamburkan keluar dari inti reaktor. Neutron diangkut dari inti reaktor dalam seberkas cahaya pada tabung Helium-Filled, dengan suhu tinggi (sumber panas) atau suhu rendah (sumber dingin), penghalang dapat ditempatkan pada posisi berkas sinar pada tabung yang dekat dengan inti reaktor. Hamburan neutron pada sumber posisi, umumnya dilakukan dengan seberkas cahaya monokromatik dalam spalasi sumber neutron energi tinggi pada proton 500-800 MeV yang bertumbukan dengan sebuah logam berat akan memproduksi kira-kira  5-30 neutron tiap proton.

Bom Neutron

Bom Neeutrom diciptakan oleh ilmuwan AS, Sam Cohen, pada 1958 dan merupakan senjata thermonuklir yang memiliki daya ledak lebih minim ketimbang bom atom, namun mengeluarkan lebih banyak kadar radiasi mematikan.

Tak seperti senjata nuklir, bom neutron itu diciptakan untuk membunuh lebih banyak orang, namun tidak sampai menghancurkan bangunan.

Awalnya, Carter tetap meneruskan produksi bom neutron dan ingin menggunakannya sebagai hulu ledak untuk rudal Lance dan senjata artileri di Eropa Barat. Para pejabat militer AS saat itu yakin bom neutron merupakan senjata yang ampuh untuk mengantisipasi ancaman Uni Soviet di Benua Biru.

Akan tetapi, keputusan ini mendapat penolakan keras dari banyak negara di Eropa Barat dan dalam negeri Amerika sendiri. Mereka menyebut senjata itu sebagai "bom kapitalis" dan bisa memancing perang nuklir.

Sekutu-sekutu AS di Eropa seperti Norwegia, Belgia, dan Belanda menolak pemasangan bom neutron. Penolakan itu akhirnya berhasil mempengaruhi keputusan Carter untuk membatalkan produksi bom mematikan itu.