Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Artikel Pendidikan Singkat

Artikel Pendidikan Singkat - Pada kesempatan ini admin niatku.com akan berbagi informasi mengenai Artikel Pendidikan Singkat. Khusus bagi anda yang senang membaca Artikel Pendidikan Singkat untuk menambah wawasan dalam dunia pendidikan.

Artikel Pendidikan Singkat

Tanpa pendidikan kita bukanlah siapa-siapa, pendidikan bisa dinikmati baik secara formal maupun non formal. Mana yang lebih baik? semua punya porsi dan fungsi masing-masing tergantung minat dan keinginan untuk belajar jadi lebih baik. Bukan tempat pendidikan, guru tapi melainkan tergantung pada diri sendiri dalam belajar yang lain hanya pelengkap saja. Jadi tidak perlu anda minder jika tidak mampu sekolah di sekolah elit, berjuang dan berusaha yang terbaik untuk masa depan yang lebih cerah.

Artikel Pendidikan Singkat

Berikut ini 4 Contoh Artikel Pendidikan Singkat yang bisa anda nikmati untuk menambah pengetahuan dalam masalah pendidikan.

Teori Bruner

Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.

Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak.

Teori Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Di dalam teorinya Bruner mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak mengikuti 3 tahap representasi yang berurutan, yaitu :

  1. Enactive representation, segala pengertian anak tergantung kepada responnya;
  2. Iconic representation, pola berfikir anak tergantung kepada organisasi visual (benda-benda yang konkrit) dan organisasi sensorisnya; dan Simbolic reprentation, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal, pada periode ini anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.

Berbeda dengan Piaget, Bruner memiliki pandangan yang lain tentang peranan bahasa dalam perkembangan intelektual anak. Bruner berpendapat meskipun bahasa dan pikiran berhubungan, tetapi merupakan dua sistem yang berbeda. Bahasa merupakan alat berfikir dalam yang berbentuk pikiran. Dengan kata lain proses berfikir adalah akibat bahasa dalam yang berlangsung dalam benak siswa. Bruner juga berpendapat bahwa kesiapan adalah penguasaan keterampilan sederhana yang memungkinkan seseorang menguasai keterampilan lebih tinggi. Menurut Bruner kita tidak boleh menunggu datangnya kesiapan, tetapi harus membantu tercapainya kesiapan itu. Tugas orang dewasalah mengajarkan kesiapan itu pada anak. Berhubungan dengan proses belajar Bruner dikenal dengan belajar penemuannya (discovery learning). 11 Prinsip Pendidikan Karakter dan 10 Aspek Degradasi Moral ]

Implikasi Teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah :

  1. Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah;
  2. Anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan
  3. Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya. Untuk itu siswa akan mencoba melakukan sintesis, analisis, menemukan informasi baru dan menyingkirkan informasi yang tak perlu.

Teori Gagne

Pembelajaran menurut Teori Gagne adalah seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal dierlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.

Pembelajaran menurut Teori Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses kognitif. Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan dala pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memebrikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer belajar. 

Menurut Teori Gagne, belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan perilaku (behaviour) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif serta tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar bersifat kompleks.

Teori Gagne beranggapan bahwa hirarki belajar itu ada, sehingga penting bagi guru untuk menentukan urutan materi belajar yang harus diberikan. Materi-materi yang berfungsi prasyarat harus diberikan terlebih dahulu. Keberhasilan siswa belajar kemampuan yang lebih tinggi, ditentukan oleh apakah siswa itu memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah atau tidak.

Kemampuan manusia sebagai tujuan belajar menurut Teori Gagne dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu :

1) Keterampilan intelektual

2) Informasi verbal

3) Strategi kognitif

4) Keterampilan motorik

5) Sikap Untuk mencapai hasil belajar yang demikian maka proses belajar mengajar harus memperhatikan kejadian instruksional yang meliputi

a) Menarik perhatian,

b) Menjelaskan tujuan,

c) Mengingat kembali apa yang telah dipelajari,

d) Memberikan materi pelajaran,

e) Memberi bimbingan belajar,

f) Memberi kesempatan,

g) Memberi umpan balik tentang benar tidaknya tindakan yang dilakukan,

h) Menilai hasil belajar, mempertinggi retensi dan transfer.

Teori Gagne menyusun tipe-tipe belajarberdasarkan hasil belajar yang diperoleh dan bukan proses belajar yang dilalui peserta didik untuk mencapai hasil itu. Selain itu, Gagne mencoba menempatkan delapan tipe belajar itu berada dalam suatu urutan hirakis, yaitu tipe belajar yang satu menajdi dasar atau landasan tipe belajar berikutnya. Dengan demikian, peserta didik yang tidak menguasai tipe belajar yang terdahulu, akan mengalami kesulitan dalam mengusai tipe belajar selanjutnya. Selanjutnya Gagne menambahkan bahwa empat tipe belajar pertama (nomor 1 s/d 4) kurang relevan untuk belajar di sekolah, sedangkan empat tipe kedua (nomor 5 s/d 8) lebih menonjolkan pada belajar kognitif yang memang ditonjolkan di sekolah. Pendidikan Karakter Bangsa Butuh Keteladanan ]

Teori Ausubel tentang Pendidikan

Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel.

Teori Ausubel berpendapat bahwa belajar penemuan itu penting, tetapi dalam beberapa situasi tidak efisien, ia lebih menekankan guru sentral, sehingga Ausubel kurang menekankan belajar aktif. Penekanannya pada ekpositorik. Ausubel menekankan pengajaran verbal yang bermakna (meaningful verbal instruction). Menurut Teori Ausubel, setiap ilmu mempunyai struktur konsep-konsep yang membentuk dasar sistem informasi ilmu tersebut. Semua konsep berhubungan satu sama lain (organiser).

Struktur konsep dari setiap bidang dapat diidentifikasi dan diajarkan kepada semua siswa dan menjadi sitem proses informasi mereka yang disebut dengan peta intelektual. Peta intelektual ini dapat digunakan untuk menganalisa domain tertentu dan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan erat dengan aktivitas domain tersebut. Belajar adalah mencocokkan konsep dalam suatu pokok bahasan ke dalam sistem yang dimilikinya untuk kemudian menjadi milikinya dan berguna baginya.

Teori Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning). Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Teori Ausubel supaya proses belajar siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri semuanya.

Pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan gurunya. Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

Dua syarat untuk materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.

  1. Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.
  2. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara hafalan.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Teori Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam system pengertian yang telah dipunyainya.Artikel Pendidikan Agama ]

Teori Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.

Empat tipe belajar menurut Teori Ausubel, yaitu:

  1. Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
  2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
  3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.
  4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.

Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Teori Ausubel adalah suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi.

Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Teori Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna daripada kegiatan belajar penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun, asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar yang baik.

8 Prinsip Penggerak Gairah Belajar

Dunia pembelajaran hanya menyediakan dua pilihan mencintai belajar atau mengeluh setiap hari. jika tidak bisa mencintai belajar, maka kita hanya terjebak dalam keluh kesah yang semakin dalam. untuk itu kegairahan dalam belajar harus senantiasa dijaga.

Berikut 8 Prinsip Penggerak Gairah Belajar :

1. Belajar adalah rahmat

Bakat, kecerdasan, kesempatan sekecil apapun yang kita miliki yang memungkinkankita belajar adalah karunia allah. dengan belajar kita punya banyak teman, semakin banyak ilmu dan wawasan, ada harapan cemerlang dimasa depan, itu semua meurupakan cinta kasih allah kepada kita yang tidak semua manusia memperolehnya untuk itu sebagai sebuah nikmtat patut kita syukuri. sebuah keterlaluan yang amat sangat bila nikmat diterima dengan ogah ogahan.

2. Belajar adalah amanah

Dimana pun kita belajar bidang apapun yang kita pelajari, itu merupakan amanat bagi kita. belajar merupakan amanah dari allah, amanah dari orang tua, dan amanah dari diri kita sendiri. dalam melaksanakan amanah tersebut kita mesti belajar sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela dalam segala bentuknya.

3. Belajar adalah panggilan

Jika belajar kita sadari sebagai panggilan, kita akan selalu berucap pada diri kita sendiri, “im doing my best” dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil belajar kita kurang baik kualitasnya.

4. Belajar adalah aktualisasi

Belajar adalah sarana kita untuk mengaktualisasikan diri. meski kadang membuat kita lelah, belajar tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. bagaimanapun kita sibuk belajar, hal itu jauh lebih baik menyenangkan daripada duduk bengong seperti sapi ompong.

5. Belajar adalah ibadah

Kesadaran bahwa belajar adalah ibadah pada gilirannya akan membuat kita bisa belajar secara ikhlas, bukan demi mencari nilai atau pujian. belajar kita untuk mendapat keridioan-Nya, sesuatu yang kita kerjakan untuk menggapai ridho – Nya tentu tak dapat kita lakukan dengan melanggar aturan-Nya

6.Belajar adalah seni

Kesadaran bahwa belajar adalah seni akan membuat kita belajar dengan enjoy seperti halnya melakukan sebuah hobi. sebagai sebuah seni, tentu pernik-pernik kesulitan, kelelahan, kegagalan, kemudahan, kepuasan dan keberhasilan akan menjadi suatu rangkaian yang indah. bahkan, ilmuwan seserius Einstein pun menyebut rumus-rumus fisika yang njelimet dengan sebutan “Beautiful”

7.Belajar adalah kehormatan

Sekecil apapun materi yang kita pelajari, itu adalah sebuah kehormatan. jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita. apapun yang kita pelajari saat ini akan memberi manfaat bagi kita pada masa yang akan datang, akan meningkatkan derajat kita, tidak hanya dimata dunia, tetapi di mata allah.

8. Belajar adalah pelayanan

Belajar merupakan upaya pengabdian kita kepada sesama. melalui proses belajar kita akan menemukan hal-hal yang bermanfaat tidak saja bagi kita sendiri tetapi juga bermanfaat kepada orang lain. dengan memberikan manfaat kepada orang lain berarti kita telah memberikan pelayanan kepada sesama. bahkan, dengan belajar kita dapat menebarkan cinta kasih kepada seluruh alam.