Deep Learning dalam Kurikulum Nasional 2025 - "Deep learning" dalam konteks kurikulum nasional di Indonesia memiliki dua makna yang berbeda namun saling terkait:
"Deep Learning" sebagai Pendekatan Pembelajaran (Pedagogi)
Ini adalah makna yang paling dominan dalam diskusi mengenai kurikulum nasional saat ini, terutama dengan adanya Kurikulum Merdeka. "Deep learning" di sini merujuk pada pendekatan pedagogis yang bertujuan untuk:
- Pemahaman Konsep yang Mendalam: Bukan sekadar menghafal fakta, tetapi membantu siswa memahami mengapa suatu materi penting dan bagaimana itu terhubung dengan konsep lain serta kehidupan nyata.
- Berpikir Kritis, Analitis, dan Kreatif: Mendorong siswa untuk menganalisis informasi, mengevaluasi ide, dan menghasilkan solusi inovatif, bukan hanya menerima informasi secara pasif.
- Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning): Memastikan bahwa siswa melihat relevansi materi pelajaran dengan kehidupan mereka dan masa depan.
- Pembelajaran Penuh Perhatian (Mindful Learning): Membantu siswa menyadari proses pembelajaran mereka sendiri, apa yang sudah mereka pahami dan apa yang perlu ditingkatkan.
- Pembelajaran Menyenangkan (Joyful Learning): Menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan memotivasi siswa.
- Fokus pada Kompetensi Abad 21: Mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi, komunikasi, literasi digital, dan pemecahan masalah.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, telah menekankan pendekatan "deep learning" ini sebagai filosofi di balik Kurikulum Merdeka. Tujuannya adalah untuk mengurangi beban materi yang terlalu banyak dan tidak fokus, serta memilih materi yang esensial agar siswa bisa benar-benar mendalami dan memahami pelajaran. Ini sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang memberikan kebebasan bagi guru dan siswa untuk mengembangkan potensi mereka secara lebih fleksibel dan kontekstual.
"Deep Learning" sebagai Topik dalam Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence - AI)
Meskipun bukan fokus utama dalam pendekatan pedagogi "deep learning" di Kurikulum Merdeka, ada juga upaya untuk mengintegrasikan Kecerdasan Buatan (AI), termasuk deep learning sebagai salah satu cabangnya, dan coding (pemrograman) ke dalam kurikulum.
- Mulai tahun ajaran baru mendatang, pemerintah berencana memperkenalkan AI dan coding sebagai mata pelajaran pilihan (elektif) untuk siswa mulai dari jenjang SD (kelas 5), SMP, hingga SMA/SMK di lebih dari 50.000 sekolah.
- Inisiatif ini bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi era digital dan menjadi pencipta teknologi, bukan hanya pengguna.
- Meskipun masih pilihan, ada harapan bahwa mata pelajaran ini bisa menjadi lebih luas di masa depan. Beberapa sekolah swasta di Jakarta bahkan sudah memperkenalkan AI dan coding sejak kelas 1 SD.
- Penting untuk dicatat bahwa para ahli menekankan perlunya penanaman nilai-nilai moral dan etika dalam pembelajaran AI agar anak-anak dapat menggunakan teknologi ini dengan bijak dan bertanggung jawab.
Perbedaan Konteks
Penting untuk membedakan dua konteks "deep learning" ini:
- Deep Learning (Pedagogi): Ini adalah cara mengajar dan belajar yang bertujuan untuk pemahaman yang lebih mendalam, keterampilan berpikir kritis, dan relevansi. Ini adalah tentang bagaimana siswa belajar.
- Deep Learning (AI/Teknologi): Ini adalah cabang dari kecerdasan buatan yang melibatkan jaringan saraf tiruan untuk memproses data kompleks. Ini adalah tentang apa yang dipelajari siswa (sebagai bagian dari mata pelajaran AI/Informatika).
Tantangan Implementasi
Meskipun konsep "deep learning" (baik sebagai pedagogi maupun teknologi) menjanjikan, implementasinya di kurikulum nasional menghadapi beberapa tantangan:
- Kesiapan Guru: Guru perlu dilatih dan diberikan pemahaman yang mendalam tentang kedua konsep "deep learning" ini, baik dalam pendekatan pengajaran maupun penguasaan materi AI/coding.
- Infrastruktur: Ketersediaan perangkat keras (komputer, GPU) dan akses internet yang memadai masih menjadi kendala di banyak daerah di Indonesia, terutama untuk pembelajaran AI berbasis teknologi.
- Kebijakan dan Kurikulum: Diperlukan kebijakan yang jelas dan kurikulum yang kontekstual agar integrasi "deep learning" dapat berjalan efektif dan merata.
Secara keseluruhan, Indonesia sedang bergerak menuju pendekatan pendidikan yang lebih mendalam dan relevan, baik dari sisi pedagogi maupun pengenalan teknologi mutakhir seperti AI dan coding, untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan.