Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Niat Puasa Ramadhan

Niat Puasa Ramadhan - Niat puasa Ramadhan wajib dibaca sebelum melaksanakan puasa kesesokan harinya di bulan ramadhan. Menurut Madhzab Syafii, keabsahan puasa juga ditentukan dengan niatnya.

Niat Puasa Ramadhan

Niat Puasa Ramadhan

Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna menyebutkan:

ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر

"Disyaratkan memasang niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadits Rasulullah SAW, 'Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya'. Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits". “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu bershaum sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al Baqarah 2: 183). 

Meski niat Puasa Ramadhan adalah urusan hati, namun melafalkan niat dengan benar adalah sebuah keharusan. Kebenaran niat juga akan memantabkan kita dalam menjalankan ibadah Puasa Ramadhan.

Selama ini banyak versi bacaan niat Puasa Ramadhan. Terutama penggunaan kalimat "رمضان" apakah dibaca "ramadlana" atau "ramadlani"?

Bacaan Niat: نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin anadai fardli sahri Ramadhana hadzihis sanati lillahi ta'ala

Menurut kaidah ilmu nahwu adalah keliru. Jika memaksa memilih membaca ramadlana (dengan harakat fathah), maka kalimat selanjutnya haruslah hadzihissanata (sebagai dharaf zaman/keterangan waktu), bukan hadzihis sanati.

Ramadlana dibaca fathah sebagai alamat jar karena termasuk isim ghairu munsharif yang ditandai dengan tambahan alif dan nun sebagai illatnya. Artinya, boleh membaca ramadlana dengan syarat kalimat selanjutnya hadzihis sanata.

Namun, yang seperti ini jarang diungkapkan dalam kitab-kitab fiqih. Yang paling lazim adalah membacanya dengan harakat kasrah, ramadlani, yakni dengan meng-idhafah-kan (menggabungkan) dengan kata sesudahnya. Konsekuensinya, ia tidak lagi ghairu munsharif sehingga berlaku hukum sebagai isim mu’rab pada umumnya. [ Niat Sholat Tahajud ]

Jika ramadlani diposisikan sebagai mudhaf (di samping sekaligus jadi mudhaf ilaih-nya "syahri") maka hadzihis sanati mesti berposisi sebagai mudhaf ilaih dan harus dibaca kasrah. Pembacaan dengan model mudhaf-mudhaf ilaih inilah yang paling dianjurkan.

Sehingga bacaan Niat Puasa Ramadhan yang tepat dan sempurna adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin anadai fardli sahri Ramadhani hadzihis sanati lillahi ta'ala

"Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala".

Yang perlu diingat, kekeliruan dalam melafalkan niat tak berpengaruh pada keabsahan puasa, selama terbesit dalam hati untuk berpuasa. Seperti dikatakan, niat berhubungan dengan getaran batin. Sehingga ucapan lisan hanya bersifat sekunder belaka. Tapi kekeliruan akan menimbulkan rasa janggal, terutama di mata para ahli gramatika Arab.

Ramadhan adalah Berkah

Puasa Ramadhan diwajibkan satu setengah tahun setelah hijrah. Ketika itu Rasulullah saw. baru diperintahkan mengalihkan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. 

Ibadah pada bulan Ramadhan nilainya berlipat ganda dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Kalau kita mengisinya secara optimal, akan terbuka lebar pintu-pintu surga.

Dengan demikian, setan pun terbelenggu karena banyak umat yang meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadahnya. Akhirnya, dosa-dosa berguguran dan insya Allah kita akan mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya.

Menurut kaidah bahasa Indonesia, puasa berasal dari kata upa dan waksa, yang artinya menahan diri. Sedangkan, shaum dalam Islam adalah mengendalikan diri. Ketahuilah, antara mengendalikan diri dan menahan diri terdapat perbedaan besar. Akan tetapi, karena makna kata shaum sudah disamakan dengan kata puasa, maka kata puasa menjadi umum dan lazim dipakai ketika bulan Ramadhan tiba. Macam-macam Shalat dalam Ajaran Islam ]

Seluruh kitab agama samawi, yaitu Taurat yang diwahyukan kepada Musa as, Injil kepada ‘Isa as (Ruh Allah), Zabur kepada Daud as, suhuf (lembaran-lembaran suci) kepada Ibrahim as, dan Al-Quran kepada Muhammad Saw., semua diturunkan di bulan Ramadhan, bulan kasih-sayang, bulan ampunan, bulan pencuci hati, bulan surga cinta, bulan barokah pelipur jiwa supaya mencapai derajat takwa. Ramadhan berhubungan juga dengan asma Allah yang istimewa.

Lailatul Qadr

  • Menurut hadits Bukhari, Rasulullah Saw. memperoleh wahyu ilahi pertama kali pada Lailatul Qadr di bulan Ramadhan dari Lauh Mahfuzh menuju sfera(spektrum yang berisikan inti cahaya ilahi) pertama di langit, tepatnya dari “Rumah Kebijaksanaan.” Kemudian, wahyu diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. oleh Jibril a.s. setahap demi setahap, sedikit demi sedikit selama lebih dari dua puluh tahun.
  • Ibn ‘Abbas meriwayatkan, “Apabila umat menyadari berkah pada bulan Ramadhan, niscaya mereka akan memohon agar Allah berkenan menciptakan setiap bulan adalah Ramadhan."
  • Nabi Muhammad bersabda, “Surga merindukan empat golongan: Mereka yang melantunkan Al-Quran; Mereka yang menjaga lidah dari pembicaraan palsu; Mereka yang memberi makan kaum lapar; dan Mereka yang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan; Inilah ahli surga. “
  • Allah memberikan perintah, “Demi menjunjung Ramadhan, catatlah amal saleh hamba-Ku, tetapi jangan catat perbuatan jahat. Aku telah mengampuni dosa mereka.” Rahmat yang diberikan Allah tidak satu pun mata yang fana pernah menyaksikan, tidak pula pernah dididengar oleh telinga. Ramadhan permulaannya rahmat, lalu di tengahnya terdapat ampunan Allah, dan di penghujung Ramadhan dijauhkan dari neraka.
  • "Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Quran sebagai petunjuk dan pejelasan bagi manusia dan sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil." (QS Al-Baqarah [2]: 185)
  • Tingkatan puasa ada tiga. Pertama, menahan diri dari makanan, minuman, dan hubungan seksual dari fajar hingga terbenam mentari; kedua, tidak mendengarkan yang buruk, tidak mengucapkan perkataan menyakitkan, tidak menghina, tidak menyerapah dan berdusta apalagi bersumpah palsu, tidak makan makanan haram apalagi mendekatinya; ketiga, puasa orang-orang khusus. Mereka inilah yang tidak menginginkan hadiah surgawi, dayang-dayang bidadari, atau kenikmatan di surga, yang mereka inginkan hanyalah Allah Swt semata.
  • Puasa hakikatnya adalah tameng. Neraka sekalipun tidak mampu menyentuh orang yang tulus dalam menjalankan puasa.
  • Saat memulai puasa, mulailah dengan makanan halal dan tutuplah puasa dengan makanan yang halal pula. Sudah banyak contoh bahwa harta haram hanya menghasilkan kesia-siaan.
  • "Sesungguhnya, Kami telah menurunkan Al-Quran pada malam kemuliaan. Dan, tahukah engkau apakah malam kemuliaan? Malam kemuliaan lebih baik dari seribu bulan. Pada malam tersebut turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam tersebut (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar." [QS Al-Qadr [97]:1-5]

Allah Swt sengaja merahasiakan Lailatul Qadr. Nabi berkata, "Wahai umatku, carilah Lailatul Qadr di sepertiga terakhir dari Ramadhan, salah satu malam hari ganjil dari sepuluh malam ter akhir." Malam ganjil adalah tanggal dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan dua puluh sembilan. 

Lailatul Qadr adalah saat di mana para malaikat diberi tanggung jawab untuk mengemban tugas, seperti mengabarkan kematian, rezeki, cinta kasih, hujan, gempa bumi, peperangan, kemiskinan, kekayaan, musim paceklik, dan saat rezeki melimpah. Segala keputusan dan urusan ada pada Lailatul Qadr.

Tips Hemat Selama Bulan Ramadhan

Bulan suci Ramadhan adalah waktu untuk umat muslim kembali pada keagungan hidup yang bertaqwa. Bulan ini adalah saat yang tepat bagi masing-masing pribadi untuk mengoreksi diri dan kembali jalan Allah.

Jika dalam waktu-waktu biasa, umat muslim mulai lupa untuk melakukan ibadah dan sedekah maka bulan ini adalah saat yang tepat bagi semua umat muslim untuk berbagi dengan sesama dan lebih mendalami nilai-nilai ibadah secara utuh.

Untuk itu, umat muslim harus lebih mengutamakan nilai ibadah pada bulan suci Ramadhan dan tidak lebih mengutamakan aspek lain seperti belanja dan hura-hura dalam menyambut moment Ramadhan. Ada baiknya, umat muslim memiliki kontrol untuk mencegah pemborosan di bulan suci ini. Selain itu, umat muslim juga harus lebih mengutamakan kesederhanaan dalam menjalani Ramadhan.

Untuk menghindari pemborosan dalam moment ini kita harus mempunyai niat bahwa tidak akan berlebihan dalam berbelanja. Kita hanya harus belanja sesuai kebutuhan seperti hari-hari biasa. Selain itu, kita juga harus cerdas dalam menjalani bulan ini. kita tidak harus menyetok terlalu banyak karena itu dapat membuat kita lebih boros karena membeli terlalu dapat memicu kita menghabiskan dengan cepat stok yang banyak tersebut.

Jadi, sebaiknya kita belanja sedikit dan membeli lagi ketika habis. Namun demikian, belanja terlalu sedikit juga bisa berbahaya. Kita jadi lebih mudah untuk pergi belanja lagi dan hal ini juga dapat menyebabkan kita membeli terlalu banyak barang yang sebenarnya tidak perlu. Nama Nama Walisongo atau Walisanga ]

Jadi, kita harus benar-benar tahu seberapa banyak yang kita perlukan, kemudian mencatatnya sebagai keperluan bulanan. Tidak perlu ada perubahan drastis untuk bulan Ramadhan karena bulan ini sebenarnya sama saja ditinjau dari sisi ekonomi. Hanya saja, kita sering menyalahartikan moment puasa sebagai waktu di mana kita bisa menikmati makanan yang spesial karena telah seharian berpuasa dan lain-lain.

Selain itu, kita sering menggunakan moment puasa sebagai untuk kita berfoya-foya dengan belanja makanan spesial untuk merayakan setiap moment buka puasa yang langka. Padahal, makanan buka puasa hendaknya bergizi dan bukan yang mewah.

Selanjutnya, kita harus menyambut bulan suci Ramadhan dengan perhitungan yang matang. Kita sebaiknya mengkalkulasikan budget Ramadhan dan mengatur keuangan juga untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Kita harus mempersiapkan diri untuk berbagai kebutuhan selanjutnya di hari raya. Kebutuhan hari raya tidaklah sedikit.

Kita harus benar-siap karena pada moment ini, seluruh keluarga sedang berkumpul. Di saat ini kita tentunya tidak ingin melewatkan keindahan berkumpul begitu saja. Oleh karena itu, memasak masakan spesial hendaknya dilakukan pada hari lebaran saja. Lebih baik memasak sedikit mewah dalam satu hari dan menghemat dalam bulan Ramadhan.

Selain itu, ada pula hal-hal yang harus diwaspadai untuk mengurangi lonjakan biaya hidup dalam bulan Ramadhan. Kita harus menguatkan hati untuk tidak termakan promosi-promosi dan diskon yang ditawarkan di moment Ramadhan ini. Kita harus menahan diri semurah apapaun harga yang ditawarkan.

Selain iklan menggiurkan di televisi kita juga akan mendapat tawaran-tawaran menarik untuk membeli barang yang diobral di super market dan pasar-pasar. Hal ini dapat memicu kita melakukan pemborosan dengan belanja terlalu banyak. Selain itu, biasakan untuk selalu mengacu pada daftar keperluan bulanan yang sudah kita buat.

Dengan berdisiplin pada daftar yang kita telah buat, kita dapat lebih mengontrol belanja kita untuk mencegah pemborosan. Selain itu, kita harus memaksimalkan bulan ini sebagai moment untuk sedekah. Oleh karena itu, kita harus menyisihkan uang untuk keperluan sedekah.

Hal ini akan sangat bermanfaat untuk memacu kita untuk menyimpan cadangan uang dan berhemat. Bulan Ramadhan adalah waktu yang spesial. Namun demikian, hal itu bukanlah alasan kita untuk boros dan berlebih-lebihan dalam pengeluaran.